KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

1. Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya: “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best). Bob Talbert Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

    Kalimat ini mengandung makna bahwa pendidikan bukan hanya tentang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi jauh lebih penting adalah menanamkan nilai-nilai moral dan karakter yang baik pada anak-anak, sehingga kelak mereka menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik sehingga mampu hidup dan diterima di Masyarakat. Mengajarkan anak menghitung adalah hal yang baik karena membantu mereka mengembangkan kemampuan matematika dan pemecahan masalah. Namun, jauh lebih penting adalah mengajar mereka apa yang benar-benar berharga dalam hidup di masyarakat, seperti: Kebaikan, Kejujuran, Keadilan, Tanggung jawab, Empati dan Kasih sayang. Nilai-nilai ini akan membantu anak-anak menjadi manusia yang lebih baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat. 

 2. Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita? 
    Nilai-nilai dan prinsip yang kita anut dalam pengambilan keputusan memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan. Dengan memilih nilai-nilai yang positif dan bertanggung jawab, kita dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih berkelanjutan, adil, dan ramah bagi semua orang. Setiap keputusan yang kita ambil, sekecil apapun, memiliki potensi untuk memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip yang kita anut dalam setiap pengambilan keputusan.

3. Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dala pengambilan keputusan Anda? 
    Saat proses pembelajaran, seringkali kita menghadapi permasalahan baik itu masalah yang terjadi dengan murid, rekan guru/lembaga, atau masalah dengan wali murid. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus senantiasa peka terhadap segala persoalan yang terjadi, dan mampu mengatasinya dengan baik. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan diantaranya berpihak pada murid, kita dapat mengambil Keputusan berdasarkan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan dengan berdasarkan nilai-nilai kebajikan dan harus bertanggungjawab, maka secara tidak langsung, kita telah memberikan contoh teladan kepada murid cara pengambilan keputusan yang tepat, adil, arif, dan objektif. 

 4. Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini? Jelaskan pendapat Anda. Education is the art of making man ethical. Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis. ~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~ 

    Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dengan Ketika menuntun kita dapat mengunakan sentuhan/seni, keahlian dan keindahan agar murid dapat berperilaku yang sesuai dengan norma, nilai, dan hukum yang berlaku. Norma tersebut berfungsi sebagai pegangan seseorang dalam bertingkah laku. 
 RANGKUMAN KONEKSI ANTAR MATERI 3.1 

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? 
     Dalam filosofi Ki Hajar Dewantara ada tiga semboyan yang sering disebut dengan Pratap Triloka yaitu : (1) Ing ngarsa sung tulada, (2) Ing madya mangun karsa, (3) Tut wuri handayani. Arti semboyan tersebut adalah sebagai seorang pemimpin di depan hendaknya memberi teladan, di tengah mampu membangun motivasi dan di belakang memberikan dukungan. Dari ketiga semboyan tersebut bisa dikaitkan bahwa seorang pemimpin pembelajaran haruslah memberikan contoh yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Keteladanan akan menjadi unsur penting dalam membangun kepercayaan sehingga akan memberikan dampak pada yang dipimpin. Pemimpin pembelajaran harus mampu membangun Kerjasama dan berkolaborasi dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu, sehingga diharapkan mampu menjadikan peserta didik terampil dalam mengambil keputusan yang tepat, cepat, dan cermat bagi dirinya. Seorang pemimpin harus bisa memotivasi diri sendir dan orang lain/peserta didiknya. Selain itu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk maju dan berkembang sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Inilah salah satu tujuan dari seorang guru sebagai pelatih dan motivator untuk membantu peserta didik dalam melejitkan potensi yang dimilikinya. Pengambilan keputusan adalah sebuah proses menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang tersedia, seorang guru terkadang dihadapkan pada suatu keadaan dimana ia harus menentukan pilihan keputusan dari berbgaai alternatif yang ada. Proses yang rumit ini berdampak pada dirinya dan lingkungan sekolah serta munculnya pertentangan nilai yang tertanam dan diyakininya sehingga dapat mempengaruhi pada prinsip-prinsip dalam mengambil suatu keputusan. Memilih dua kebenaran yang saling bertentangan adalah sesuatu yang sangat sulit dan dilematis, namun keputusan haruslah tetap diambil. Memilih paradigma dan prinsip dalam mengambil keputusan adalah sesuatu yang sangat subjektif karena setiap orang memiliki pandangan yang berbeda dikarenakan perbedaan nilai yang dianutnya. Namun apapun resikonya seorang pemimpin harus berani mengetok palu untuk mengambil Keputusan. 

 Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 

    Manusia adalah makluk yang paling sempurna diantara semua makhluk ciptaan Tuhan, karena manusia diciptakan lengkap dengan akal pikiran dan nafsu. Karena memiliki akal sehingga manusia juga memiliki etika. Etika berkaiatan dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berhubungan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Dari hal tersebut di atas kita bisa menarik benang merah bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh individu. Nilai-nilai atau prinsip- prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil sebuah keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Ketiga prinsip ini adalah yang paling sering kita digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini seringkali membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan dan rintangan, yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah: 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) 2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) 3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebajikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebajikan lainnya (nilai-nilai kebajikan universal). Nilai- nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter, perilaku dan kepribadian dalam membimbing kitauntuk mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada peserta didik. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah- langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan/keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, misi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas dan tegas. Pengambilan Keputusan haruslah mengutamakan rasa keadilan dan kepentingan bersama. 

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? 

    Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya. Pembelajaran dan Pembimbingan yang telah dilakukan oleh fasilisator telah membantu saya berlatih, berproses, dan merefleksikan keputusan yang telah diambil, Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada peserta didik, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan dimasa kini dan dimasa datang. Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari peserta didiknya. Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajar yang dihadapinya. Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh peserta didik nya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga peserta didik dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan metode TIRTA. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, tentram dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran. Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan tehnik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada peserta didik.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? 

    Dalam pelaksanaan proses pendidikan, pendidik harus mampu mengidentifikasi dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi sosial emosional seperti kesadaran diri (selfawareness), pengelolaan diri (selfmanagement), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan keputusan selalu berfokus pada kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Keterampilan pengambilan Keputusan harus terus dilatih agar kita memiliki kemampuan pengambilan Keputusan, karena dengan seringnya mengambil Keputusan kita memiliki pengalaman dalam pengambil Keputusan. Hal tersebut akan mempertajam pikiran kita dalam mengambil Keputusan. 

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

    Seorang pemimpin pembelajaran merupakan agen perubahan, seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi dan melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral. Jika merupakan bujukan moral maka menurut saya harus ditinggalkan. Dengan nilai-nilai yang dimiliki seorang pendidik tersebut, baik nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi sehingga dengan nilai-nilai dari seorang pendidik tersebut, yang merupakan landasan pemikiran yang dimiliki akan cenderung pada prinsip ” melakukan demi kebaikan atau kemanfaatan orang banyak, menjunjung tinggi prinsip-prinsip nilai-nilai dalam diri dan melakukan apa yang kita harapkan orang lain akan lakukan kepada diri kita. Maka seorang pendidik akan dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi. Keputusan tersebut tentunya selalu berpusat kepada kepentingan peserta didiknya. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat terkait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tentunya dengan penggunaan pendekatan Inkuiri Apresiatif BAGJA dapat melangkah ke arah yang lebih baik lagi.
 
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? 

    Kesulitan muncul diakibatkan adanya salah pemahaman/miskonsepsi dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Diantaranya adanya pemahaman senior junior Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadangkala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan. Kendala yang keempat adalah berkaitan dengan kepentingan pihak tertentu untuk mengambil manfaat. Lebih mementingkan kepentingan pribadi/ego pribadi. Sehigga tantanganya adalah bagaimana meluruskan miskonsepsi yanga ada, menghilangkan stigma seior junior, berpikir objektif dan terbuka terhadap kritik dan saran serta masukkan, yang tidak kalah penting adalah memikirkan kepentingan peserta didik dalam mengambil keputusan.   

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

    Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran, mempunyai tanggungjawab dan berperan menentukan pembelajaran yang akan terjadi di dalam kelasnya. Oleh karena itu, bila guru tidak mempraktikkan metode 9 langkah dalam pengambilan keputusan atau mempertimbangkan secara matang segala aspek sosial, hukum dan lainnya serta resiko serta dampak keputusan yang akan diambil tersebut maka guru dapat saja tergoda untuk mengambil keputusan yang berupa bujukan moral atau bahkan berpotensi merugikan murid-murid yang dipercayakan padanya. Keputusan yang bertanggung jawab akan membawa manfaat kepada diri sendiri, dan terutama murid-murid bahkan kepada seluruh warga sekolah. Meskipun tidak ada Keputusan yang dapat megakomodir semua kepentingan karena pada dasarnya pro dan kontra pasti ada. Terkait pembelajaran yang tepat untuk mengakomodir potensi murid yang berbeda-beda adalah pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran yang berdiferensiasi harapanya semua potensi murid yang berbeda-beda dapat terlayani dengan baik. 

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya? 
 Peserta didik merupakan hasil dari proses pembelajaran dari apa yang diajarkan lingkungannya, dalam hal ini keluarga dan sekolah serta masyarakat lainnya. Bila pengambilan keputusan dilakukan secara tidak bertanggung jawab tanpa menimbang dampak yang dapat terjadi pada murid sebagai akibat dari keputusan tersebut, tentunya akan mempengaruhi kehidupan murid bahkan masa depan murid menjadi kurang baik. Demikian juga sebaliknya, keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan kepentingan murid dalam tumbuh dan kembangnya akan berpotensi membuat kehidupan serta masa depan sang murid menjadi jauh lebih baik dan bahkan mereka dipersiapkan untuk menyongsong masa depan yang baik. 

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
 
    Kesimpulan yang dapat diambil dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya, merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan, untuk memerdekakan murid dalam belajar, Sebagaimana dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat, sesuai dengan kodrat zaman dan alam. Dalam melaksanakan proses Pendidikan, seorang pendidik harus mampu mengidentifikasi melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (selfawareness), pengelolaan diri (selfmanagement), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan merupakan satu kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dengan modul-modul sebelumnya. 

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. 
Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? 

    Pemahaman saya tentang dilema etika adalah situasi/kondisi/peristiwa yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi saling bertentangan dengan keadaan/aturan tertentu. Sedangkan bujukan moral adalah Situasi/kondisi/peristiwa yang terjadi ketika seseorang harus membuat sebuah keputusan antara benar atau salah. Ketika kita dihadapkan pada situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran, keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan hidup yang disebut sebagai paradigma dalam pengambilan keputusan. Secara umum paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika ada 4 seperti di bawah ini: 1. Individu lawan masyarakat (individual vs community) 2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy) 3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty) 4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) Prinsip pengambilan keputusan ada tiga, yaitu 1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking) ditentukan dengan konsekuensi atau hasil dari suatu tindakan. 2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) menentukan keputusan berdasarkan peraturan yang telah dibuat 3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking) prinsipnya “Lakukan kepada orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda.” Dengan kepedulian terhadap sesama kita akan menjadi lebih peka dan bersimpati. Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan: 1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini. 2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini. 3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini. 4. Pengujian benar atau salah, yang meliputi uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran, uji panutan/idola. 5. Pengujian paradigma benar lawan benar 6. Melakukan prinsip resolusi 7. Investigasi opsi trilemma 8. Buat keputusan 9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan.
Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah Ketika sebuah keputusan tersebut diambil pastinya ada pro dan kontra akibat dari pandangan yang berbeda dari setiap individu. 

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? 

    Pernah, sebelum mempelajari modul 3.1 saya tidak mengetahui adanya tahapan dalam pengujian dan pengambilan keputusan, sehingga keputusan langsung diambil hanya menggunakan hasil akhir yang penting tidak ada yang dirugikan dari keputusan tersebut. Saat mempelajari modul ini, ternyata sebelum mengambil keputusan perlu adanya penentuan paradigma, prinsip dan menjalankan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terlebih dahulu, dengan dasar nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid dan bertanggungjawab. 

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

    Sebelumnya saya kurang memperhitungkan paradigma apa yang terjadi dalam dilema yang saya alami, setelah saya belajar modul dampaknya saya menyadari apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, menerapkan prinsip pengambilan Keputusan serta menjalankan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, terutama pada kasus-kasus yang mengandung dilemma etika. Perubahan terjadi pada cara saya mengambil keputusan adalah mengenali terlebih dahulu apa masalahnya? masalah siapa ini? Paradigma apa yang terjadi dalam situasi ini? sebelum mengambil keputusan saya berpikir menggunakan tiga prinsip pengambilan keputusan, dan Sembilan langkah pengujian dan pengambilan keputusan. 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

    Sangat penting, sebagai seorang guru yang merupakan pemimpin pembelajaran bagi murid dan bagian dari warga di sekolah tentu sering menghadapi masalah/kasus, baik kasus yang berasal dari murid, rekan sejawat atau kasus dari wali murid. Dengan mempelajari topik ini kita dibekali pemahaman bagaimana menyelesaikan kasus dengan efektif dan efisien terutama pada kasus dilema etika. Dengan mempelajari 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan Keputusan dan 9 pengambilan dan pengujian Keputusan kita memiliki keterampilan dalam menyelesaikan kasus-kasus dilema etika. Keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemban salah satu tugas tersulit, yaitu mengambil suatu keputusan yang efektif. Keputusan-keputusan ini secara langsung atau tidak langsung berdampak pada institusi atau Lembaga/tempat saya bekerja.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

AYO BELAJAR